Leukemia adalah suatu tipe dari kanker. Leukemia berasal dari kata Yunani leukos-putih, haima-darah.
Leukemia
adalah kanker yang mulai di sel-sel darah. Penyakit ini terjadi ketika sel darah memiliki sifat
kanker yaitu membelah tidak terkontrol dan mengganggu pembelahan sel darah
normal. Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang
sel-sel darh putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow).
Tipe-Tipe
Leukemia
·
Berdasarkan
kecepatan perkembangannya, leukemia dibagi menjadi 2, yaitu:
1.
Leukemia
Akut
Perjalanan penyakit pada leukemia akut sangat cepat,
mematikan dan memburuk. Dapat dikatakan waktu hidup penderita tanpa pengobatan
hanya dalam hitungan minggu bahkan hari. Leukemia akut merupakan akibat dari terjadinya komplikasi pada
neoplasma hematopoietik secara umum.
2.
Leukemia
kronis
Berbeda dengan akut, leukemia kronis memiliki perjalanan
penyakit yang tidak begitu cepat, sehingga dapat dikatakan bahwa waktu hidup
penderita tanpa pengobatan dalam hitungan sampai 5 tahun.
·
Berdasarkan
jenis sel kanker, leukemia diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Myelocytic/Myelogeneus
leukemia
Sel
kanker yang berasal dari sel darah merah, granulocytes, macrophages dan keping
darah.
2. Lymphocytic
leukemia
Sel kanker yang
berasal dari lymphocyte cell.
·
Berdasarkan
kedua klasifikasi di atas, maka leukemia dibagi menjadi 4 macam, yaitu
:
1. Leukemia limfositik akut
(LLA).
Merupakan tipe leukemia paling sering terjadi pada
anak-anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang terutama telah berumur
65 tahun atau lebih.
2. Leukemia myelositik akut
(LMA).
Ini lebih sering terjadi pada dewasa daripada anak-anak.
Tipe ini dahulunya disebut leukemia nonlimfositik akut.
3. Leukemia limfositik kronis
(LLK).
Hal ini sering diderita oleh orang dewasa yang berumur
lebih dari 55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa muda, dan hampir
tidak ada pada anak-anak. Sebagian
besar leukosit pasien di atas 50.000/µL.
4. Leukemia mielositik kronis
(LMK)
Sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga terjadi pada
anak-anak, namun sangat sedikit. Leukosit dapat mencapai lebih dari 150.000/µL
yang memerlukan pengobatan.
Patogenesis
dan Patofisiologi Leukemia
Populasi sel leukemik ALL dan banyak AML mungkin diakibatkan
proliferasi klonal dengan pembelahan berturut-turut dari sel blas tunggal yang
abnormal. Sel-sel ini gagal berdiferensiasi normal tetapi sanggup membelah
lebih lanjut. Penimbunannya mengakibatkan pertukaran sel prekursor hemopoietik
normal pada sumsum tulang, dan akhirnya mengakibatkan kegagalan sumsum tulang.
Keadaan klinis pasien dapat berkaitan dengan jumlah total sel leukemik abnormal
di dalam tubuh. Gambaran klinis dan mortalitas pada leukemia akut berasal
terutama dari neutropenia, trombositopenia, dan anemia karena kegagalan sumsum
tulang.
Blokade maturitas pada AML menyebabkan terhentinya
diferensiasi sel-sel mieloid pada sel muda (blast) dengan akibat terjadi
akumulasi blast di sumsum tulang. Akumulasi blast di dalam sumsum
tulang akan mengakibatkan gangguan hematopoiesis normal dan pada gilirannya
akan mengakibatkan sindrom kegagalan sumsum tulang (bone marrow failure
syndrome) yang ditandai dengan adanya sitopenia (anemia, leukopenia dan
trombositopenia). Selain itu, infiltrasi sel-sel blast akan menyebabkan
tanda/gejala yang bervariasi tergantung organ yang diinfiltrasi, misalnya
kulit, tulang, gusi dan meningens.
Pada umumnya gejala klinis ALL menggambarkan kegagalan
sumsum tulang atau keterlibatan ekstramedular oleh sel leukemia. Akumulasi
sel-sel limfoblas ganas di sumsum tulang menyebabkan kurangnya sel-sel normal
di darah perifer dan gejala klinis dapat berhubungan dengan anemia, infeksi dan
perdarahan. Demam atau infeksi yang jelas dapat ditemukan pada separuh pasien
ALL sedangkan gejala perdarahan pada sepertiga pasien yang baru didiagnosis
ALL.
CGL/CML adalah penyakit gangguan mieloproliferatif, yang
ditandai oleh seri granulosit tanpa gangguan diferensiasi, sehingga pada apusan
darah tepi kita dapat dengan mudah melihat tingkatan diferensiasi seri
granulosit, mulai dari promielosit (bahkan mieloblas), metamielosit, mielosit,
sampai granulosit. Pada awalnya, pasien sering mengeluh pembesaran limpa, atau
keluhan lain yang tidak spesifik, seperti rasa cepat lelah, lemah badan, demam
yang tidak terlalu tinggi, keringat malam, dan penurunan berat badan yang
berlangsung lama. Semua keluhan tersebut merupakan gambaran hipermetabolisme
akibat proliferasi sel-sel leukemia. Anemia dan trombositopenia terjadi pada
tahap akhir penyakit.
CLL pada awal diagnosis, kebanyakan pasien CLL tidak
menunjukkan gejala (asimptomatik). Gejala yang paling sering ditemukan pada
pasien adalah limfadenopati generalisata, penurunan berat badan, dan kelelahan.
Gejala lain meliputi hilangnya nafsu makan dan penurunan kemampuan latihan/olahraga.
Demam, keringat malam dan infeksi jarang terjadi pada awalnya, tetapi semakin
menyolok sejalan dengan penyakitnya. Akibat penumpukan sel B neoplastik, pasien
mengalami limfadenopati, splenomegali dan hepatomegali. Kegagalan sumsum tulang
yang progresif pada CLL ditandai dengan memburuknya anemia dan atau
trombositopenia.
Etiologi
Penyebab dari
penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Bagaimanapun, penelitian telah menunjukan bahwa
orang-orang dengan faktor risiko tertentu lebih mudah terjadi leukemia. Suatu
faktor risiko adalah apa saja yang meningkatkan kesempatan seseorang untuk
mendapatkan penyakit.
Faktor yang diduga mempengaruhi frekuensi terjadinya
leukemia yaitu :
1) Radiasi
Berdasarkan laporan riset menunjukkan bahwa :
- Para pegawai radiologi lebih beresiko untuk terkena leukemia;
- Pasien yang menerima radioterapi beresiko terkena leukemia;
- Leukemia ditemukan pada korban hidup kejadian bom atom Hiroshima dan Nagasaki, Jepang.
2)
Faktor
leukemogenik
- Racun lingkungan seperti benzena à Paparan pada tingkat yang tinggi dari benzene pada tempat kerja dapat menyebabkan leukemia;
- Bahan kimia industri seperti insektisida dan Formaldehyde;
- Obat untuk kemoterapi à Pasien-pasien kanker yang dirawat dengan obat-obat melawan kanker tertentu adakalanya dikemudian hari terkena leukemia. Contohnya, obat-obat yang dikenal sebagai agen-agen alkylating dihubungkan dengan pengembangan leukemia bertahun-tahun kemudian.
3)
Herediter
Penderita sindrom Down, suatu penyakit yang disebabkan oleh kromosom-kromosom abnormal mungkin
meningkatkan risiko leukemia. Ia memiliki insidensi leukemia akut 20 kali lebih besar dari
orang normal.
4)
Virus
Gejala-Gejala Leukemia
Seperti
semua sel-sel darah, sel-sel leukemia berjalan keseluruh tubuh. Tergantung pada
jumlah sel-sel abnormal dan dimana sel-sel ini berkumpul, pasien-pasien dengan
leukemia mungkin mempunyai sejumlah gejala-gejala.
Gejala-gejala
umum dari leukemia :
·
Demam atau keringat waktu malam;
·
Infeksi yang seringkali;
·
Perasaan lemah atau lelah;
·
Sakit kepala;
·
Perdarahan dan mudah memar (gusi yang berdarah, tanda
keungu-unguan pada kulit atau titik merah yang kecil dibawah kulit);
·
Nyeri pada tulang atau persendian;
·
Pembengkakan atau ketidakenakan pada perut (dari suatu
pembesaran limpa);
·
Pembengkakan nodus-nodus getah bening, terutama pada
leher atau ketiak;
·
Kehilangan berat badan.
Gejala-gejala semacam ini bukanlah
tanda-tanda yang pasti dari leukemia. Suatu infeksi atau persoalan lain juga
dapat menyebabkan gejala-gejala ini.
Pemeriksaan dan Diagnosis Leukemia
· Hematologi rutin dan hitung
darah lengkap digunakan untuk mengetahui kadar Hb-eritrosit,
leukosit, dan trombosit;
· Apus darah tepi digunakan untuk mengetahui morfologi sel darah,
berupa bentuk, ukuran maupun warna sel-sel darah yang dapat menunjukkan
kelainan hematologi;
· Aspirasi dan biopsi sumsum tulang
digunakan untuk mengetahui kondisi sumsum tulang, apakah terdapat kelainan atau
tidak;
· Karyotipik digunakan untuk mengetahui keadaan kromosom dengan metode FISH (Flurosescent
In Situ Hybridization);
· Immunophenotyping mengidentifikasi jenis
sel dan tingkat maturitasnya dengan antibodi yang spesifik terhadap antigen
yang terdapat pada permukaan membran sel;
· Sitokimia merupakan metode pewarnaan tertentu sehingga hasilnya lebih
spesifik daripada hanya menggunakan morfologi sel blas pada apus darah tepi
atau sumsum tulang;
· Analisis sitogenetik digunakan untuk mengetahui kelainan sitogenetik
tertentu, yang pada leukemia dibagi menjadi 2 : kelainan yang menyebabkan
hilang atau bertambahnya materi kromosom dan kelainan yang menyebabkan
perubahan yang seimbang tanpa menyebabkan hilang atau bertambahnya materi
kromosom;
· Biologi molekuler mengetahui kelainan genetik dan digunakan untuk
menggantikan analisis sitogenetik rutin apabila gagal.
0 komentar:
Posting Komentar